Budaya  

Komunitas Guru Seni dan Seniman Gelar Pameran Seni bertajuk ‘Berlabuh Sukacita’

Pasuruan, portalwartawan.com” – Geliat gerakan seni rupa Pasuruan udah lumayan lama dilaksanakan. Secara teratur dijalankan tiap tahun mulai sejak momen Gandheng Renteng (mulai 2009). Tapi Gandheng Renteng dan berkelompok di Pasuruan masih menguasai bergelut di area Pasuruan Raya saja, meski sempat juga ke Kota Yogyakarta, Surabaya, serta Batu.

Pameran berjudul ‘Berlabuh Sukacita’, 6 (enam) perupa Pasuruan mengaktualkan nafsu-gairah kecil dengan niat yang lebih besar untuk maksud yang udah dipasangkan. Nafsu ini mulai pameran di tetangga samping buat lalu dibahas kembali akan bersauh ke mana sesudah itu.

Mengenalkan beberapa kreasi banyak perupa Pasuruan ke luar kota, terkhusus khalayak Malang Raya dan Batu, tambah silarahmi dengan seniman Malang Raya dan Batu, dan menstimulan banyak perupa muda Pasuruan untuk giat melaksanakan pameran, terlebih di luar skena masing-masing. Beberapa hal itu jadi tujuan ke-enam perupa Pasuruan buat melaut lebih jauh.

Mengambil arti dari budaya pesisir, Bersauh ialah bentuk bagaimanakah caranya bersua dengan dataran. Petir, badai, hujan deras jadi sisi sehabis melaut di lautan. Untuk itu bersauh adalah sisi yang menghadirkan kebahagiaan dan sukaria. 13 Mei 2023 = 22 Syawal 1444 H jadi hari berbahagia buat 6 perupa dan team asal Pasuruan dalam pameran ber-enam ‘Berlabuh Sukacita’.

Keenam perupa itu diantaranya Awan Terakhir, Garis Edelweiss, Saiful Ulum, Sichabudin, Wahyu Nugroho, dan Yoes Wibowo. Dan dikurasi oleh Zuhkhriyan Zakaria serta Karisma Nanda Zenmira.

Baca Juga :  Kolaborasikan Tiga Musisi Lewat Konser Intimate Collaboration “Cerita Cinta”

Pameran ber-enam ‘Berlabuh Sukacita’ bakal dibuka oleh Prof. Dr. Ponimin, M.Hum. (seniman dan akademiki Kampus Negeri Malang) pada 13 Mei 2023 jam 19.00 WIB serta tetap akan berjalan sampai 20 Mei 2023 di Galeri Mojopahit – Dewan Kesenian Malang (DKM), Jl. Majapahit No. 3, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119.

Selama ‘berlabuh’ dalam ruangan ekspos, ke-enam perupa udah mempersiapkan kreasi serta pemahaman terbaik. Tiap perupa bawa 6 (enam) kreasi. Melintasi penelusuran situasi, gagasan, cara, tehnik, media, serta hasil kreasi yang udah dipersiapkan. Materi pembahasan mengenai sejarah lokal, budaya pesisir Jawa-Madura, pertemanan alam laut-gunung, beberapa simbol masa, menanggapi paket, dan pertemuan akan hal anyar yang lain. Semangat merapat bawa di sosial seni rupa dengan skema slow visual ialah coba hentikan waktu sekilat buat perlihatkan kreasi mempunyai nuansa kejadian bertahan serta emergensi.

Proses bertahun dalam berkreasi, sama sama mengetahui, serta hidup baranya api semangat dalam setiap masing-masing seniman, buat kekecewaan yang berulang kali dalam ‘berlayar’. Ke-enam seniman pilih untuk bersama menelusuri dunia kesenian dengan kapal namanya Pasuruan, yang dapat menjadi perjalanan ini jadi awal mula pengembaraan yang heboh serta menyenangkan atau bahkan juga dapat menjadi percuma. Tapi yang penting digaris bawahi dan ini yang terpenting, sekarang ini mereka nikmati waktu bersama gembira di ‘kapal’, stop, berlindung, bertambat. Buat sesudah itu kembali melaut. (NJ/red)