Menkeu Sri Mulyani Bahas Ekonomi Terkini dan Realisasi APBN dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR

Jakarta ? Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memenuhi undangan rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI untuk menyampaikan perkembangan perekonomian terkini dan update realisasi APBN 2024. Menkeu mengungkapkan, ketidakpastian perekonomian global dengan beragam risikonya masih sangat tinggi. Sementara itu, realisasi APBN sampai pertengahan Maret masih menunjukkan kinerja yang prima.

Mengawali paparannya, Menkeu menjelaskan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan ekonomi global dan risikonya masih sangat tinggi. Di antaranya yaitu kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu lama (higher for longer) yang dilakukan negara maju terutama Amerika Serikat.

Ia mengungkapkan, tensi geopolitik hingga risiko global seperti digitalisasi, perubahan iklim, serta populasi yang menua juga dapat menimbulkan dampak terhadap perekonomian. Selain itu, perekonomian juga dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas. Menurutnya, situasi yang tidak mudah ini terjadi sepanjang 2023 dan sampai tahun 2024 ini masih berlangsung.

“Di tengah situasi dan gejolak ini, Indonesia masih sangat resilien. Growth-nya tetap steady di sekitar 5 (persen). Meskipun kita juga melihat ada tekanan-tekanan yang terjadi,” ujar Menteri Keuangan di Kompleks Parlemen Senayan pada Selasa (19/3/2024).

“Jadi kalau kita lihat komposisi baik supply demand dan kita lihat overall growth ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022-2023 dan kita harapkan sampai kuartal I 2024 itu masih stabil di 5%, ini adalah capaian yang luar biasa karena environment globalnya tadi saya sampaikan sangat tidak mudah,” lanjutnya.

Baca Juga :  Dorong Implementasi P3DN, Kemenperin Kembali Gelar Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri

Terkait kinerja APBN sampai dengan 15 Maret 2024, Menkeu memaparkan Pendapatan Negara mencapai Rp493,2 triliun (17,6% dari target) dan Belanja Negara sebesar Rp470,3 triliun (14,1% dari pagu). Dengan demikian, surplus APBN mencapai Rp22,8 triliun atau 0,10% terhadap PDB. Sementara itu, Keseimbangan Primer juga mencatatkan surplus hingga Rp132,1 triliun.

“Kinerja APBN cukup baik, pendapatan negara mengalami kontraksi tapi dari baseline yang cukup tinggi selama dua tahun berturut-turut namun kita tetap mewaspadai dari volatilitas harga komoditas dan juga kecepatan restitusi pajak yang memang dibutuhkan oleh dunia usaha,” jelas sang Bendahara Negara.

Ia menyebut Belanja Negara tumbuh cukup tinggi hingga 18,1% (yoy) untuk mendukung akselerasi program pembangunan, Pemilu, menjaga stabilitas harga pangan, dan melindungi daya beli masyarakat.

“Terima kasih hari ini kita telah bisa menyampaikan update dari perkembangan pelaksanaan APBN 2024 yang memang cukup dinamis. Saya berterima kasih atas masukan-masukan. Kita akan tetap menyusun dengan baik. APBN adalah instrumen kita bersama jadi kita jaga bersama, untuk menjadi instrumen di dalam menjalankan tujuan bernegara,” pungkasnya. (Red)